Jumat, 03 Desember 2010

Kesalahan Membuat Manusia Lebih Baik…

11 Februari 2008
Musik sering disebut bahasa universal. Namun bagi Shawn Moss, penduduk Secaucus, Hudson County, New Jersey, justru caturlah merupakan bahasa universal. Melalui bidak, raja, ratu, dan benteng hitam-putih, permainan ini menyebar ke seluruh pelosok dan menyatukan umat manusia.
ice_chess_jovanka_callum.jpg
Sebagai bukti, Moss menceritakan kisah tentang seorang lawan mainnya pekan lalu.
Moss lalu memperagakan empat jari lawannya saat memakan sebuah bidak, lalu memutarnya keluar-masuk gengamannya sebelum menaruh bidak itu di samping papan caturnya. Lewat peragaan dan informasi yang Moss sampaikan, orang segera tahu lawan mainnya memiliki kelainan fisik.
“Tapi saya harus memberitahu anda,” kata Moss,” laki-laki itu seorang pecatur hebat.”
Dan, di sini tak ada kebohongan tentang siapa yang memenangkan permainan.
Moss lalu bercerita soal pengalamannya bermain dengan orang yang tak dia kenal baik itu di jalan maupun tempat lainnya.
“Saya bermain di bandara. Saya bermain di terminal bus. Lewat catur, saya dapat berjumpa dan bermain dengan sembarang orang meski kami tak saling mengerti karena saya berbahasa Inggris sedangkan lawan saya bicara dengan bahasa lain,” kata Moss. “Namun kami tetap bisa berkomunikasi melalui permainan catur.”
Moss, seorang pria berusia 34 tahun, tak berlaku seperti guru bahasa dalam pengertian klasik. Namun ia merupakan pengajar catur bagi anak-anak di Secaucus selama beberapa tahun terakhir.
Kelas catur biasa diadakan setiap Rabu ketiga setiap bulan di Perpustakaan Umum Secaucus sejak pukul 15.30-17.00, dan rata-rata dihadiri sekitar 6-12 siswa. Moss memperkirakan ia sudah mengajar lusinan anak-anak selama beberapa tahun terakhir.
“Saat saya mengajar,” katanya, “Saya selalu memperlihatkan permainan antara siswa pecatur kuat melawan siswa baru yang masih lemah dalam permainan ini. Hasilnya jelas. Untuk pertama kali, siswa lemah itu akan banyak mengalami kekalahan. Tapi Anda akan lebih banyak belajar dari kekalahan daripada kemenangan.”
Dan apa manfaatnya bagi siswa pecatur tingkat lanjut yang kebanyakan dengan mudah menenggelamkan pecatur baru?
Moss menjelaskan manfaat bagi siswa pecatur tingkat lanjut adalah terus mengembangkan permainannya, sehingga mereka makin mengerti catur, saat mereka menjelaskan aturan dan strateginya ke pecatur pemula.
“Ketika Anda menjelaskan konsep tingkat lanjut ke seorang pecatur pemula, dan pecatur pemula paham apa yang Anda maksud, maka otomatis Anda pun mengerti pada konsep yang Anda ajarkan,” papar Moss.
Sebagai pencinta catur yang selalu membawa kotak permainan kemana pun ia pergi, Moss menyesalkan fakta catur tak diajarkan secara reguler di sistem pendidikan Amerika Serikat (AS). Padahal di 30 negara lebih catur justru mulai diajarkan sejak taman kanak-kanak.
“Jika Anda bandingkan antara AS dan negara-negara itu,” kata Moss, ”nilai rata-rata kami untuk matematika dan sains lebih rendah dari mereka.”
Banyak akademisi dan hasil penelitian menyimpulkan saat catur diajarkan ke kanak-kanak, permainan ini dapat meningkatkan kemampuan anak untuk berpikir abstrak, memilih secara cepat, mengambil pilihan terbaik dari begitu banyak pilihan, membantu berpikir kongkrit, dan membuat fokus pikiran menjadi lebih baik. Demikian menurut Federasi Catur AS.
Pecinta catur lainnya, Benjamin Franklin, memaparkan banyak pelajaran “moral” di permainan ini seperti ia tulis di buku “Autobiography and Other Writings,” sebuah karya yang menurut Moss harus dibaca oleh mereka yang menyukai permainan ini.
Menurut pengamatan Franklin, “Permainan Catur bukan merupakan kesia-siaan, beberapa di antaranya amat berkualitas bagi pikiran, berguna dalam kehidupan manusia, memperkuat moral, sehingga terwujud dalam tingkah laku sehari-hari, untuk kehidupan inilah keajaiban catur dipersembahkan.”
“Saya rasa pelajaran utama yang bisa saya sampaikan ke semua orang, terutama bagi mereka yang baru mengenal permainan ini, adalah kesabaran,” kata Moss. “Di beberapa permainan kekalahan lebih banyak disebabkan karena pemain bergerak tak sabar dan terburu-buru.”
“Satu hal utama yang sering saya ajarkan adalah, jika kamu menyentuh sebuah bidak maka kamu harus menggerakannya segera,” lanjutnya. “Ini seperti juga pengalaman di kehidupan nyata, begitu Anda memutuskan sesuatu hal, terlepas dari baik dan buruk, Anda harus siap menjalani konsekuensinya.”
Walau memandang catur seperti filsafat hidup, Moss sendiri mengaku tak seberapa ingat perkenalannya pada catur.
“Saya rasa saya mulai bermain ketika masih amat muda. Setelah bersekolah saya semakin menyukainya, meskipun saat itu belum ada klub catur,” kenangnya. Ia dan beberapa teman dekatnya kadang bermain saat makan siang. “Dan semakin saya tua semakin banyak saya bermain.”
Sejak saat itu Moss mendapat teman-teman dekatnya melalui permainan catur.
Setahun lalu, saat belajar yoga di sebuah ashram di kawasan New York, seorang peserta wanita senang melihat daftar alamat email yang memasukkan seluruh siswanya. Mereka kemudian sering bermain catur secara online melalui internet dan segera menjadi sahabat.
Moss akan menemui teman-teman barunya beberapa bulan kemudian. Saat ia selesai menyiapkan diri menghadapi Turnamen Catur Terbuka Dunia, yang dijadwalkan akan dimulai musim dingin ini.
Ia berencana paling tidak bermain satu jam sehari sejak sekarang hingga kompetisi itu dimulai.
“Dengan semua hal yang sudah saya pelajari, saya semakin paham semakin banyak yang saya pelajari semakin saya sadar bahwa pengetahuan saya tidak ada apa-apanya,” ujarnya mengenai pengalamannya bermain catur.
Ia lalu melanjutkan, walau siswanya memandang dirinya sebagai master catur, ia akan kembali jadi seorang pemula di turnamen terbuka dunia, saat banyak pecatur lain datang dan memiliki kemampuan lebih dibandingkan dirinya.
Moss sendiri tidak takut kalah. Di atas itu semua, ia yakin kesalahan dan kekalahan justru membuatnya menjadi lebih baik.
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar