Kamis, 09 Desember 2010

Skak Mat Medina

Inilah juara dunia catur perempuan termuda kita. Ia diramalkan jadi Grand Master Wanita di usia 14 tahun.
Jum’at, 26 Desember 2008, 20:36 WIB
Oleh: Edy Haryadi, Bayu Galih
VIVAnews - DI sebuah rumah sederhana di Babelan, Bekasi, jari-jari mungil itu bergerak lincah menyusun buah catur hitam. Kepala bocah perempuan yang baru berusia 11 tahun itu selalu tertunduk. Meladeni tantangan redaktur senior paling jago catur diVIVAnews, dia tersenyum malu-malu.
VIVAnews mantap memainkan langkah pembukaan Danish Gambit. Tap …! Si bocah sontak meladeni dengan pembukaan Perancis, tanpa ragu.
Medina Warda Aulia, nama bocah berperawakan mungil itu, bukan pecatur sembarangan. Siswi kelas VI SD Negeri Teluk Pucung, Bekasi Utara ini adalah juara dunia catur tingkat sekolah dasar.
***
Singapura, 30 Juli 2008.
Itu hari terakhir World School Chess Championship, kejuaraan dunia tingkat pelajar. Di turnamen kelompok umur 11 tahun muncul sedikit kegemparan. Sang juara sudah bisa dipastikan bahkan sebelum pertandingan berakhir.
Sampai babak kedelapan, dari sembilan yang akan digelar, Medina Warda Aulia sudah tak tergoyahkan di peringkat pertama dengan poin sempurna: delapan. Pesaing terdekatnya, Anna Styazhkina, master catur dari Rusia, cuma berhasil meraih enam poin. Jadi, kalau toh di babak terakhir Medina kalah dan Styazhkina menang, dia tetap unggul satu poin.
Di babak terakhir, meski menang Styazhkina hanya mengantungi tujuh poin. Medina yang ditahan remis rekan senegaranya, Fransisca Fortunata, menjadi juara dengan skor akhir 8,5. Dan lahir lah juara dunia catur perempuan termuda dari Tanah Air.
***
“Saya teringat permainan Irene Kharisma,” kata juru bicara Persatuan Catur Seluruh Indonesia, Kristianus Liem, yang menonton pertandingan itu.
Irene Kharisma Sukandar kini berusia 16 tahun. Baru-baru ini ia menyabet gelar Grand Master Wanita (GMW) dari Federasi Catur Sedunia (FIDE) dan mengukuhkan dirinya sebagai satu-satunya pecatur wanita Indonesia yang pernah meraih gelar grand master.
Melihat permainan dan mental Medina, Kristianus yang juga adalah Direktur Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) percaya Medina akan menyalip capaian Irene. Dia hakul yakin Medina akan menyabet gelar GMW pada usia 14 tahun, dua tahun lebih muda dari Irene.
Tapi buat Medina, langit itu rupanya masih kurang tinggi. “Saya ingin seperti Judith Polgar,” katanya.
Tapi buat Medina, langit itu rupanya masih kurang tinggi. “Saya ingin seperti Judith Polgar,” katanya.
Judith Polgar adalah Grand Master (tanpa embel-embel “Wanita”) asal Hungaria kelahiran 23 Juli 1976. Dia tercatat sebagai pecatur dunia perempuan terkuat dalam sejarah. Polgar meraih gelar GM-–bukan GMW— di usia 15 tahun 4 bulan. Per Oktober 2008 lalu, ia bertengger di peringkat 28 dunia dengan elo rating 2711 dan menjadi satu-satunya pecatur perempuan di daftar peringkat 100 pecatur dunia versi FIDE.
***
Ibu kandung Medina, Siti Eka Nurhayati, 34 tahun, berkisah anak ketiga dari enam anak perempuannya itu terhitung baru mengenal catur. “Dia baru bermain catur dua tahun lalu,” ujarnya.
Saat kecil, Medina justru lebih suka mewarnai dan sempoa. Otaknya memang cemerlang. Sejak taman kanak-kanak hingga kelas IV SD dia selalu menjadi juara satu di kelas.
Perkenalan Media dengan bidak catur bermula saat Frida, salah satu kakaknya, minta didaftarkan ke Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) di Bekasi. Keinginan itu dikabulkan ayah mereka, Nur Muchlisin, 40 tahun, yang memang gemar main catur.
Sejak itu, Muchlisin sering bermain catur dengan Firda. Semula cuma menonton, lama-lama Medina jatuh hati. “Catur seperti permainan perang-perangan,” katanya.
Pada Januari 2006 dia minta ayahnya mengajari dia melangkahkan bidak catur dan masuk SCUA. Terkendala biaya, Medina hanya didaftarkan sebagai member SCUA. Dia tak bisa ikut les catur penuh, tapi boleh mengikuti pertandingan internal.
Bakat Medina langsung bersinar. Hanya bermodalkan latihan dengan ayahnya, Medina tanpa ampun menumbangkan siswa-siswi SCUA. Dia selalu jadi juara satu. Melihat berlian terpendam ini, Direktur SCUA Kristianus Liem langsung menawari Media ikut program SCUA. Kali ini gratis.
Benar saja. Berlian ini langsung bersinar. Pada 2006 dia langsung menjuarai kelompok umur 10 tahun Kejuaraan Catur DKI.
Sejak itu langkah kudanya sulit dibendung. Satu persatu gelar juara dia sabet. Puncaknya pada kejuaraan dunia tingkat pelajar ke-4 yang diadakan di Singapura, Juli 2008 itu. Selain dikalungi medali emas untuk Kelompok Umur 11 tahun, Medina juga dianugerahi gelar Candidate Master (CM)–salah satu syarat meraih gelar Master FIDE.
Tiga bulan kemudian, pada Oktober tahun yang sama, Medina menyabet peringkat empat dalam turnamen antar master cilik “World Youth Chess Championship” di Vietnam. Ini gelar lima besar pertama bagi pecatur Indonesia. Turnamen ini lebih berat dari kejuaraan pelajar dunia, sebab diikuti para master catur cilik dunia.
Pecatur senior GM Utut Adianto menilai Medina seorang pecatur paling berbakat di Indonesia. Dia pun tak ragu Medina bakal menyusul Irine Kharisma meraih gelar GMW.
Menurut Utut, Indonesia banyak memiliki talenta catur. Soalnya tinggal bagaimana menemukan dan memolesnya. Salah satu kendala catur di Indonesia, selain soal biaya, adalah pilihan hidup antara catur dan sekolah. Banyak bakat pecatur muda akhirnya tenggelam karena orang tua lebih mendorong anak mereka untuk fokus di jalur sekolah.
Ayah Medina, Nur Muchlisin, mengamini dilema itu. Namun, dia tak mau Medina terjebak di dalamnya. Nur bertekad sekolah dan catur Medina bisa jalan beriringan. “Sekarang banyak kok Grand Master bergelar sarjana,” katanya.
***
Di rumah sederhana di Babelan, Bekasi itu. Redaktur jago catur dari VIVAnews pusing tujuh keliling meladeni permainan Medina yang dingin, cepat, dan teramat tajam. Di pembukaan, Medina memilih bermain defensif. Tapi tak lama kemudian, serangannya menohok bertubi-tubi, entah dari mana datangnya.
Tak sampai 10 menit, … Skak! Raja putih VIVAnews pun terguling. Pertandingan pun usai dalam 13 langkah saja.
Lihat juga:
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar